Oleh : Ust. Ihsan Saifudin
Kajian Sabtu Pagi, 16 Februari 2013 Guru Karyawan YPI Al-Azhar Solobaru
Urgensi Menata Keluarga
Di
zaman ini, membahas fiqh parenting, (kajian keluarga) yang didalamnya dibahas
masalah keluarga yang mencakup isteri, suami dan anak adalah perkara yang
sangat penting. Hal ini dikarenakan jika seorang anak, isteri atau suami tidak
qurrata a’yun, maka ia akan menjadi aduwwun (lawan). Jelasnya, jika anggota
keluarga tidak menjadi kawan, maka ia akan menjadi lawan. Allah Ta’ala
berfirman: “Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya
di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu[A]
Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak
memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. [A] Maksudnya: kadang-kadang isteri atau anak dapat
menjerumuskan suami atau Ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak
dibenarkan agama.” (QS At-Taghabun : 14)
Pilar penegak
kebahagiaan keluarga
Faktor
terwujudnya keluarga bahagia sejahtera, yakni keluarga sakinah, mawaddah dan
rahmah (samara) akan lebih terdukung dengan adanya empat hal sebagaimana
disebutkan dalam riwayat berikut ini:
“Sesungguhnya
termasuk faktor penyebab kebahagiaan seseorang ada 4 perkara: memiliki istri
yang serasi, anak yang berbakti, kawan yang shalih, memperoleh rizki di negeri
sendiri” (Kitab : Raudhatul Uqala’ wa Nuzhatul Fudhala’: 1/101)
Berkenaan
dengan isteri yang serasi, anak yang berbakti, kawan yang shalih, dan rejeki di
negeri sendiri. Secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Isteri yang serasi (istri shalihah)
Isteri yang
serasi adalah juga isteri shalihah (mar’atushalihah). Isteri yang shalihah
termasuk faktor penunjang kebahagiaan yang sangat urgen, tanpa adanya isteri
shalihah, sulit rasanya mewujudkan kebahagiaan hidup, meskipun hal-hal lain
tercukupi. Hal ini terbukti dengan tidak bahagianya nabi Adam AS tanpa adanya
isteri meski tinggal di jannah yang penuh kenikmatan.
Seorang
isteri dapat dikategorikan sebagai mar’atush shalihah, menurut sebuah hadits
manakala menetapi beberapa sifat sebagaimana disebutkan dalam terjemahan hadits
berikut: “Tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi seseorang setelah taqwa
kepada Allah, melebihi dari kebaikan isteri yang shalihah; jika kamu
menyuruhnya dia mentaati suruhanmu, jika kamu melihatnya, kamu merasa senang,
dan jika kamu member nafkah dia menerima dengan ridha, dan jika kamu tidak ada
di sisinya dia menjaga kehormatan diri dan harta suami” [Sunan Ibnu Majah]
Termasuk
sifat-sifat mulia mar’atush shalihah, yang dengan keshalihannya akan mendapat
jaminan surga, adalah sosok seorang isteri yang penyayang, peranak (banyak
melahirkan generasi shalih-shalihah) mengalah kepada suami demi mewujudkan
keharmonisan rumah tangga. Inilah sebuah riwayat yang berkenaan dengan sifat
mar’atush shalihah yang dijamin masuk surga. Nabi SAW bersabda: “isteri-isteri
kalian para calon penghuni surga, yaitu wanita yang penyayang, banyak
keturunan, suka mengalah demi mencari keridhoan suaminya, apabila suaminya
marah maka dia bersegera menghampiri suaminya lalu meletakkan tangannya di atas
tangan suaminya seraya berkata, “aku belum merasa nyaman hingga engkau
meridhoi” [Riwayat Annasa’i]
Termasuk
criteria isteri shalihah adalah isteri yang mendukung tegaknya agama dan dunia
bagi sang suami. Hal ini dapat dilakukan isteri dengan selalu memotivasi suami
agar semangat berkarya, baik urusan dunia atau agama. Dalam kitab Al-Masyakil Az-Zaujiyah
wa Hululuha, terdapat kisah teladan seorang isteri dalam memotivasi suami agar
selalu semangat dalam menegakkan kewajiban dunia dan agama.
Inilah
sepenggal kisah teladan tersebut. “Apabila suamiku pergi mencari kayu bakar aku
merasakan betapa beratnya ia mencari nafkah. Aku merasakan betapa ia harus
dipegunungan. Untuk itulah setiap ia pulang, aku selalu menyediakan air dingin
yang langsung diminumnya begitu ia pulang. Aku menyusun dan mengatur rumah
serapi mungkin. Aku menyediakan makan untuknya. Aku memakai pakaian terbaik
yang aku memiliki untuk menyambut kedatangannya. Saat masuk rumah, aku
menciumnya penuh kerinduan. Aku serahkan jiwa ragaku untuknya. Aku menyiapkan
jika ia ingin beristirahat dan aku selalu berada di dekatnya, sehingga setiap
saat jika ia menginginkanku aku ada di sampingnya”.
2.
Anak yang berbakti
Anak yang
berbakti di dalam Al-Qur’an diistilahkan dengan qurrata a’yun, yakni anak yang
menyejukkan pandangan. Berkenaan dengan itu, dalam masyarakat Jawa, juga
dikenal adanya istilah anak kang mikul dhuwur mendhem jero. Hal ini semua
mengindikasikan adanya anak yang berbakti menjadi faktor pendukung kebahagiaan
keluarga.
Inilah
sepenggal doa yang Allah ajarkan agar orang tua senantiasa mohon diberi anak
yang qurrata a’yun, “Robbana hablana min
azwajina, wa dzurriyatina, qurrota a’yun, waj ‘alna lil muttaqiina imaama”
artinya “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan
keturunan kami sebagai penyejuk hati dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang
yang bertakwa [Al-Furqon: 74].
3
dosa yang langsung kontan dibalas di dunia.
3.
Kawan yang shalih
Hakikat
keshalihan seorang kawan, setidak-tidaknya dibuktikan dengan dua hal
sebagaimana dijelaskan pada pernyataan berikut ini, “Ketahuilah, Sesungguhnya kawanmu adalah orang yang berlaku lurus
(jujur) kepadamu, ia juga yang mengingatkanmu kepada Tuhanmu” (Dairatul
Ma’arif Al Usrah Al-Muslimah: 33/650)
Keshalihan
seorang kawan ditandai dengan saling member nasihat dan tolong menolong dalam
kebaikan dan taqwa. Kawan-kawan yang shalih adalah juga kawan yang setia di
saat suka dan duka, yang dengannya memuluskan jalan menuju keluarga samara.
Kita diutamakan memilih kawan yang shalih dan taqwa sebagaimana dijelaskan pada
hadits berikut, “Janganlah utamakan
perkawanan kecuali dengan orang beriman dan janganlah memakan makananmu kecuali
orang bertaqwa” (Sunan Abi Daud)
4.
Rizki di negeri sendiri
Termasuk faktor
penunjang keluarga bahagia sejahtera adlaah rejeki yang lancar. Istilah “Uang
bukan segala-galanya, namun segala-galanya butuh uang”. Selorohan tersebut,
selaras dengan yang dikatakan Sofyan Ats Tsauri, seorang ulama salaf, bahwa
uang adalah senjata. Beliau berkata:
“Dari Abdullah bin Musa, dia berkata, aku
mendengar Sofyan Ats Tsauri berkata, “harta di zaman kini adalah senjata
pamungkas” (Al hatsu alattijarah wa shina’ah: 1/21)
Mengingat
pentingnya rejeki dan kaitannya dengan kebenaran iman serta kemudahan masuk
surga, selayaknya setiap muslim berusaha untuk kerja cerdas, kerja keras, kerja
tuntas, dan kerja ikhlas serta melakukan berbagai upaya untuk membuka pintu
rizki melimpah penuh Baiti Jannati.
Selain
4 faktor pendukung baiti jannati di atas, ada faktor lain yang tidak kalah
pentingnya, yakni faktor suami yang shalih. Ibarat sebuah kendaraan, suami
adalah sopir, keselamatan perjalanan lebih terletak pada sopir bukan penumpang.
Sabda
Rosululloh :
“Sebaik-baik
suami adalah yang paling baik sikapnya kepada isterinya (keluarganya) dan
akulah orang yang paling baik terhadap keluargaku” (HR. Al-Baihaqi).
Demikian
Kajian Fiqih Parenting yang singkat, Insya Allah akan dilanjutkan pembahasan
berikutnya secara berurutan.