Muhasabah Akhir Tahun |
Marilah kita sejenak menundukkan pandangan kita ke bawah, ke tanah di
mana kita berasal dan ke sana pula akhir hidup kita. Mari kita luangkan
waktu sedikit saja untuk merenungi diri, bertafakur, muhasabah dan
mengevaluasi diri kita. Sebelum Allah Yang Maha cermat perhitungan- Nya
menghisab kita diyaumul akhir.
"Hisablah diri kalian sebelum
kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang, karena
sungguh mudah hisab dihari kiamat bagi orang yang melakukan hisab di
dunia. Maka berhias dirilah dengan amal sholeh untuk sebuah perhelatan
akbar pada hari kiamat."
Kita tidak tahu, kapan Allah menghisab
setiap lembar kehidupan kita. Bahkan kita tidak tahu kapan detak jantung
kita berhenti. Setahun lagi, sebulan lagi, sejam lagi, atau mungkin
setelah kita membaca catatan ini. Tidak ada yang tahu, bahkan bisa jadi
kita sudah tidak dapat berdiri dari tempat duduk kita sendiri. Kebaikan
apa yang kita andalkan dan akan kita bawa sebagai bekal perjalanan
keabadian menuju negeri akhirat yang panjang dan berliku.
"Wahai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al Hasyr: 18)
"Dan
tidak seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya esok. Dan tidak seorangpun yang dapat mengetahui di bumi
mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui lagi Maha
Mengenal." (QS.Lukman : 34)
Sangat banyak nikmat dan karunia
yang Allah berikan kepada kita, yang ternyata tidak berbanding lurus
dengan kesyukuran dan ketaatan kita kepada-Nya. Entah mengapa karunia
dan nikmat yang banyak itu, justru jatuh kepada kita yang kini sedang
bermunajat dan bertafakur ini. Padahal andai kita berani jujur. Apalah
kelebihan kita? Apalah keunggulan kita dibanding yang lain. Cobalah
tengok diri kita ini. Kita hanyalah seonggok daging berbalut tulang yang
terus membungkus aib dan maksiat dari hari ke hari yang kita jalani.
Seandainya dosa dan maksiat yang kita lakukan, menimbulkan bau busuk,
maka sungguh tak seorang yang ingin duduk dan bergaul dengan kita, dan
sungguh bumi tempat berpijak kita ini akan dipenuhi dengan berbagai
macam bau busuk maksiat.
Tahukah kita bahwa pada hari kiamat
nanti, mulut kita akan bungkam membisu, satu huruf pembelaan pun tak
kuasa kita lontarkan, karena mulut kita ditutup rapat oleh Allah. Segala
anggota tubuh kita akan dimintai pertanggung jawaban secara langsung
oleh Allah. Tangan kita akan membuka kedok maksiat yang pernah kita
lakukan semasa di dunia. Kaki akan menjadi saksi terhadap setiap
langkah-langkah yang pernah kita ayunkan menuju tempat maksiat. Mata dan
telinga,juga akan menjerat kita dengan persaksian yang sangat cermat
tentang segala maksiat yang pernah kita lihat dan dengar. Bahkan
pikiran-pikiran kotor yang sering menari-nari dalam benak kita dan
hayalan yang merasuki hati kita pun diketahui dan diawasi dengan cermat
oleh Allah.
"Pada hari kiamat ini Kami tutup mulut mereka dan
berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki
mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan". (QS. Yaasin: 65)
"Sehingga
apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit
mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka
kerjakan. Dan mereka akan berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kami
menjadi saksi terhadap kami?" Maka kulit mereka menjawab: "Allah yang
menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai
(pula)berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama
dan hanya kepada-Nyalah kamu kembali." (QS. Fushshilat: 20-21)
Tidak
heran bila bencana demi bencana yang menimpa kita. Muskyilah atau
problem yang menyeruduk kita tidak lain adalah karena ulah tangan kita
sendiri.
Jangan jadikan diri kita sebagai bahan bakar api
neraka, karena kita tidak syukur nikmat. Percikan api dunia saja kita
tidak sanggup menghadapinya, apalagi menghadapi api jahanam yang
sebanding dengan 70 api di dunia. Gunakanlah segala nikmat Allah berupa
anggota tubuh yang lengkap sesuai dengan fungsinya yang diperintahkan.
Ingat firman Allah:
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi
neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati,
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah),dan mereka mempunyai telinga (tetapi)
tidak dipergunakan untuk mendengar(ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai". (QS. Al A'raf: 179)
Dalam masalah
ibadah pun, kita sulit merasakan kenikmatannya. Membaca Al-Qur'an
semakin hambar saja, bahkan terkadang kita bosan membacanya. Kenikmatan
mentadabburi isi kandungnya telah lama hilang. Penyebabnya bisa jadi
karena hati kita yang penuh debu-debu kemaksiatan, terkontaminasi dengan
segala macam polusi kebejatan.
Utsman bin Affan ra berkata:
"Seandainya hati kalian bersih dan suci, maka tentulah hati itu tidak akan pernah merasa bosan oleh Kalam Tuhan."
Janganlah
membayangkan yang jauh, sekedar, memahami bacaan sholat saja pun
terkadang kita tidak mampu, sholat kerap kali tidak khusyuk. Ketika
sujud tersungkur pun kita jarang teringat Allah.
Kita sepertinya
belum maksimal melaksanakan sholat-sholat wajib secara sempurna seperti
yang diperintahkan. Kita masih sering lalai dan tidak mengerjakannya
tepat waktu secara berjamaah. Apa lagi dengan sholat-sholat sunnah,
sholat lail, sholat rawatib, sholat dhuha atau sekedar witir sebelum
tidur. Tidak heran bila kita tidak sanggup merasakan nikmatnya kekhusuk
an shalat dan pengaruhnya dalam relung-relung hati dan sendi-sendi
kehidupan kita. Bahkan kita sulit merasakan kebahagiaan dan ketenangan
sebagai buah dari ibadah dan taat itu. Ataupun sekedar mencegah diri
kita dari perbuatan keji dan mungkar.
Bukankah sholat ini yang
pertama kali dihisab pada hari kiamat, kalau sholat kita ini diterima
maka seluruh amalan kita yang lain akan mudah perhitungannnya.
Rasulullah SAW bersabda:
"Yang paling pertama dihisab pada diri
seorang hamba pada hari kiamata dalah sholat, bila sholatnya baik maka
seluruh amalan yang lain juga akan baik. Dan bila sholat ini tidak baik,
maka seluruh amalan yang lain pun akan menjadi rusak."
Ikhwati wa akhawati fillah! Saudaraku seiman!
Jangan
biarkan muhasabah ini kehilangan gaung, hanya menjadi deretan kata
tanpa makna, bulatkan azam untuk meninggalkan segala maksiat,
singsingkan lengan baju untuk lebih meningkatkan kwalitas dan kwantitas
ibadah, agar muhasabah ini, lebih tepat guna dan menjadi cerita
nostalgia, nanti ketika kita semua dikumpulkan Allah di syurga firdaus.
Akhirnya,
mari kita bersama menengadahkan tangan, menundukkan kepala lebih dalam
lagi, menghaturkan do'a harap kepada yang pintu kasih-Nya tidak pernah
ditutup. Kepada Ar-rahman Ar-rahim, Rabbul izzati wal jabarut
Ya Allah Yang Maha Mendengar, tiada Illah yang berhak disembah, selai Engkau
Ya
Allah, inilah kami, hamba-hamba-Mu yang hina, kita tengah mengadahkan
tangan menghiba kepada-Mu. Sehina apapun kami, kami adalah makhluk
Ciptaan-Mu. Kami memohon dengan penuh kerendahan hati, ampunilah
dosa-dosa kami.
Ya Allah, ampunilah sebusuk apapun diri-diri
kami. Ampunilah segelap apapun masa lalu kami. Ampunilah sehina apapun
aib-aib kami.
Duhai Allah Yang Maha Mendengar, ampunilah orang
tua kami, ampunilah segala kezaliman kami kepada ibu bapak kami.
Andaikata kedurhakaan kami menjadi penggelap kehidupan mereka, maka
jadikanlah kami saat ini menjadi anak yang sholeh yang dapat menjadi
cahaya bagi kehidupan orang tua kami, di dunia dan diakhirat.
Karuniakanlah
bagi keluarga-keluarga kami rumah tangga yang sakinah. Jangan jadikan
rumah tangga kami menjadi rumah tangga yang penuh bencana. Ya Allah,
berilah kepada kami kepercayaan dan kesempatan memiliki keluarga dan
anak keturunan yang lebih baik dari diri kami. Jangan biarkan mereka
mencoreng aib di wajah kami, ampunilah jika kami salah mendidik mereka
ya Rabb. Ya Allah, jangan biarkan istri dan anak-anak kami manghujat
kami kelak di akhirat. Rabb, utuhkan kemuliaan mereka di dunia, utuhkan
pula kemuliaan mereka di syurga.
"Ya Allah, berikanlah kami rasa
takut kepada-Mu yang senantiasa menghalangi kami dari kemaksiatan.
Berilah pula kepada kami ketaatan yang kelak mengantar kami ke syurga-Mu
dan keyakinan yang meringankan beban musibah dunia yang menimpah kami."
"Ya Allah, perbaikilah agama kami yang menjadi pangkal seluruh
urusan kami, perbaikilah dunia kami yang menjadi penghidupan kami dan
perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah
kehidupan ini sebagai sarana menambah kebaikan bagi kami dan jadikanlah
kematian sebagai tempat istrahat bagi kami dari kejahatan.
"Ya
Allah, sesungguhnya buah kebatilan itu telah matang, dan kini tiba
saatnya untuk memenggalnya, maka turunkanlah dari langit kebenaran
sebuah tangan kuat yang akan memenggalnya, dan singkaplah tabir
kegelapan yang menutupi mata hati manusia dari melihat cahaya
kebenaran-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa malakukan itu ya Allah."
Aamiin.
Sumber : Shalahuddin Abdul Rahman, Lc