RANGKUMAN MATERI
IPA KELAS IV SD
BAB MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGANNYA
STANDAR KOMPETENSI
Standar Kompetensi:
- Memahami hubungan sesama makhluk hidup dan antara makhluk hidup dengan lingkungannya
Kompetensi Dasar:
- Mendeskripsikan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya
- Mengidentifikasi beberapa jenis hubungan khas (simbiosis) dan hubungan “makan dan dimakan” antar makhluk hidup (rantai makanan)
Indikator:
- Menjelaskan pengertian ekosistem
- Menyebutkan macam-macam ekosistem
- Menyebutkan komponen ekosistem
- Menjelaskan pengertian simbiosis
- Menyebutkan jenis-jenis simbiosis
- Menyebutkan contoh simbiosis mutualisme
- Menyebutkan contoh simbiosis komensalisme
- Menyebutkan contoh simbiosis parasitisme
- Menjelaskan istilah rantai makanan beserta contohnya
- Menjelaskan istilah jarring makanan beserta contohnya
- Menjelaskan istilah piramida makanan
- Menjelaskan tentang perubahan lingkungan dari berbagai peristiwa
PETA KONSEP MATERI
MATERI MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGANNYA
A. Hubungan Makhluk Hidup dengan Lingkungan
1. Ekosistem
Pengertian ekosistem adalah system ekologi yang terbentuk karena adanya hubungan timbal balik yang tidak dapat dipisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
2. Macam-macam Ekosistem
a. Ekosistem Darat
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan.
Berdasarkan letak geografis dan garis lintangnya ekosistem darat ada beberapa macam yaitu,
- Hutan Hujan Tropis, Ciri – cirinya : Curah hujan sangat tinggi (>2000 mm/tahun), Pohon – pohonnya memiliki ketinggian antara 20-40 meter dengan cabang daun berdaun lebar dan lebat dan selalu hijau sepanjang tahun, Sebagian hewan di hutan ini hidup di sekitar kanopi karena mudah mendapatkan makanan dan berpindah tempat. Hewan yang ada di hutan ini antara lain monyet, tupai, ular, kelelawar, burung, serangga, macan tutul, babi hutan, jaguar dll.
- Padang Rumput, Ciri – cirinya : Curah hujan 25 – 50 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur, Vegetasi yang dominan adalah rerumputan dan relatif basah di daerah padang rumput yang basah ukurannya 3 meter dan tumput yamh tumbuh di padang rumput kering relatif pendek – pendek, Curah hujan relative rendah.
- Gurun, Ciri – cirinya : Curah hujan sangat rendah sekitar 25 cm per tahun, Kelembapan udara sangat rendah, Perbedaan suhu siang dan malam sangat besar.
- Tundra, Ciri – cirinya : Mendapat sedikit energi radiasi matahari, Musim dingin sangat panjang bisa sampai 9 bulan lamanya, Musim panas berlangsung selama 3 bulan.
- Hutan Gugur, Ciri – cirinya ; Curah hujan merata sepanjang tahun, Memiliki 4 musim, Keanekaragaman jenis tumbuhan lebih rendah daripada bioma hutan tropis
- Tiagra, Ciri –cirinya : Suhu di musim dingin rendah, Terjadi penumbuhan di musim panas
b. Ekosistem Perairan/Akuatik
Ekosistem perairan merupakan ekosistem yang komponen abiotiknya sebagian besar terdiri dari air. Komponen tersebut diantaranya
Danau, adalah suatu cekungan besar yang ada di permukaan bumi dan tergenangi oleh air. Danau ini bisa asin ataupun tawar tergantung lokasi masing-masing misalnya dekat dengan laut maka kemungkinan airnya asin.
Sungai adalah suatu aliran air dengan debit besar dan akan terus mengalir atau bermuara dari hulu ke hilir.
Rawa, adalah suatu lokasi tanah yang tercampur air sehingga menjadi lumpur yang lembek di dalam rawa ini terdapat sejumlah ekosistem di dalamnya. Rawa ini terbentuk secara alami jadi tidak dibuat oleh manusia melainkan kondisi alam yang bisa menciptakan rawa.
3. Komponen Ekosistem
Komponen biotik merupakan suatu komponen yang tersusun dari sejumlah makhluk hidup maupun organisme. Di mana, organisme ini beragam mulai ukuran kecil hingga besar. Komponen biotik terdiri dari beberapa macam berikut ini :
- Produsen, yaitu makhluk hidup atau organisme yang dapat memproduksi makanan sendiri melalui fotosintesis, yang termasuk dalam kelompok ini adalah tumbuhan hijau, maupun tumbuhan – tumbuhan lainnya yang memiliki klorofil.
- Konsumen, merupakan suatu organisme yang tidak mampu menghasilkan suatu zat sendiri namun bisa mengggunakan zat makanan yang diciptakan oleh organisme lain.
- Pengurai, yaitu organisme yang berperan menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme yang mati maupun sisa pencernaan.
- Detivritor, yaitu makhluk hidup yang menghancurkan bahan organik dari sisa makhluk hidup yang telah mati.
Komponen abiotik, yaitu komponen yang terdiri dari makhluk tak hidup dalam suatu ekosistem. Komponen abiotik sangat menentukan dari jenis makhluk hidup dan yang menghuni suatu lingkungan. Komponen abiotik banyak sekali ragamnya, antara lain tanah, air, udara, suhu dan lain sebagainya.
B. Hubungan antar Makhluk Hidup
Untuk kelangsungan hidupnya, setiap makhluk hidup memiliki hubungan tertentu dengan makhluk hidup lain dan dengan lingkungannya. Bahkan, baik buruknya lingkungan dapat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup makhluk hidup yang ada.
a. Simbiosis
Menurut KBBI, Simbiosis adalah keadaan hidup bersama secara erat antara dua organisme (makhluk hidup) yang berbeda.
Simbiosis merupakan suatu hubungan timbal balik diantara 2 makhluk hidup yang saling berdampingan atau berinteraksi. Secara terpisah, pengertian simbiosis merupakan suatu pola interaksi yang erat serta khusus antara dua pihak yang berlawanan jenis. Simbiosis adalah pola interaksi yang erat diantara dua organisme yang berlainan jenis, sedangkan simbion merupakan sebutan bagi makhluk hidup yang melakukan simbiosis.
b.Jenis Simbiosis
Simbiosis ada tiga yaitu Mutualisme, Komensalisme, dan Parasitisme.
Untuk mempermudah memahami jenis simbiosis ini, perhatikan tabel berikut!
Simbiosis Komensalisme
Secara umum Pengertian Simbiosis Komensalisme merupakan suatu pola interaksi yang erat serta khusus diantara dua makhluk hidup yang berbeda jenis yang salah satu pihak itu di untungkan serta pihak yang lainnya tidak di rugikan serta tidak diuntungkan.
Simbiosis Parasitisme
Berbeda dengan Simbosis Komensialisme dikarenakan Secara umum Pengertian Simbiosis Parasitisme adalah suatu pola interaksi yang erat serta khusus diantara 2 makhluk hidup yang berlainan jenis yang 1 mendapat keuntungan dan yang 1 nya lagi mendapatkan kerugian.
Simbosis Mutualisme
Secara Umum, Pengertian Simbiosis Mutualisme merupakan suatu interaksi yang erat serta khusus diantara 2 makhluk hidup yang berbeda jenis namun tetapi akan saling menguntungkan bagi kedua pihak.
c. Contoh Simbiosis
Contoh-Contoh Simbiosis Komensalisme
Berikut ini merupakan beberapa contoh simbiosis komensalisme baik pada hewan maupun dengan tumbuhan :
1. Contoh Simbiosis Komensalisme Udang dan Mentimun Laut
Udang mendapatkan suatu keuntungan dengan menunggangi hewan yang cepat dan jugabesar misalnya mentimun laut untuk dapat mengambil sisa-sisa makanan.
Mentimun laut tersebut tidak dirugikan atau diuntungkan mengenai keberadaan si udang.
2. Contoh Simbiosis Komensalisme Tumbuhan Paku dan Tanaman Jati
Tumbuhan paku mendapatkan suatu keuntungan dengan hidup epifit (menempel) pada tanaman jati
Sedangkan pada tumbuhan jati tidak akan berpengaruh apapun, baik itu diuntungkan ataupun juga dirugikan.
Contoh-Contoh Simbiosis Parasitisme
1. Contoh Simbiosis Parasitisme Kutu dan Hewan ia tinggal
Kutu akan menghisap dari hewan yang ia tempati untuk tinggal. Sedangkan bagi hewan tersebut akan mendapatkan kerugikan disebabkan karena tubuhnya merasa gatal.
2. Contoh Simbiosis Parasitisme Cacing Tambang dan Manusia
Cacing tambang hidup didalam usus manusia itu berbeda, cacing tambang akan sangat merugikan disebabkan karena cacing tambang akan menyebabkan penyakit. Cacing tambang akan menyerap darah manusia ialah sebagai makanan. Sedangkan manusia dirugikan disebabkan karena kekurangan darah.
Contoh-Contoh Simbiosis Mutuliasme Pada Hewan dan Tumbuhan
1. Contoh Simbiosis Mutualisme antara Bunga dan Lebah
Hubungan bunga dan lebah , yangmana lebah akan memperoleh makanan yang berasal dari bunga berupa sari bunga.
Bunga pun akan dibantu oleh lebah tersebut dalam proses penyerbukan
2. Contoh Simbiosis Mutualisme antara Ikan Badut dan Anemon Laut
Ikan badut akan dapat bersembunyi di anemon laut apabila pemangsa datang serta tidak hanya itu ikan badut akan juga mendapatkan makanan berupa suatu parasit pada anemon laut.
Hal yang sama juga akan dirasakan oleh anemon laut, disebabkan karenaa anemon laut juga dilindungi oleh ikan badut , saling melindungi dari pemangsa serta parasit yang mengganggu anemon laut akan dimakan oleh ikan badut tersebut.
C.
Peristiwa
Hubungan Makhluk Hidup
a.
Rantai
Makanan
Rantai
makanan adalah serangkaian proses makan dan dimakan antar makhluk hidup berdasarkan
urutan tertentu dengan ada yang berperan sebagai produsen, konsumen,
dan dekomposer untuk kelangsungan hidupnya.
Produsen yaitu
makhluk hidup yang berperan sebagai pembuat makanan sendiri. Maka dari itu
produsen tidak memakan makhluk lain. Tetapi dimakan oleh makhluk lainnya.
Produsen juga merupakan makhluk hidup yang dapat membuat zat organik dari zat
anorganik. Biasanya produsen membuat makanannya melalui proses fotosintesis.
Contoh produsen diantaranya : tumbuhan hijau, alga, dan juga lemut.
Konsumen yaitu
makhluk hidup yang bergantung pada makhluk lain karena dia tidak bisa
memproduksi makanan sendiri seperti produsen. Peran konsumen di dalam sebuah
ekosistem biasanya adalah hewan.
Konsumen
memiliki beberapa tingkatan:
Konsumen
primer, konsumen I merupakan pemakan produsen atau
tumbuhan dan biasanya disebut dengan konsumen herbivora. Contohnya seperti
sapi, kelinci, kerbau dan lain lain.
Konsumen
sekunder, konsumen ini merupakan pemakan konsumen
pertama dan biasa disebut dengan konsumen karnivora.
Konsumen
tersier, konsumen ini pemakan konsumen kedua. Dan
seterusnya hingga konsumen yang terakhir yang disebut dengan konsumen puncak.
Biasanya konsumen puncak merupakan hewan yang tidak bisa dimakan oleh hewan
lainnya. Contohnya singa, buaya, elang.
Dekomposer
atau Pengurai
Pengurai adalah
organisme terakhir dalam rantai makanan. Karena pengurai merupakan organisme
yang mampu mengubah zat organik menjadi zat anogarnik. Pengurai mengurai
bangkai atau tumbuhan yang sudah mati lalu mengembalikan nutrisinya ke dalam
tanah yang akan digunakan tanaman untuk berfotosintesis. Dan di sinilah siklus
dari rantai makanan dimulai lagi. Contoh pengurai yaitu jamur dan bakteri
pengurai.
Ada 3
tipe rantai makanan :
Rantai
Perumput
Tipe ini
merupakan rantai makanan yang mata rantainya berawal dari produsen atau
tumbuhan. Maka urutannya adalah tumbuhan sebagai tingkat I lalu hewan herbivora
sebagai tingkat 2 lalu dilanjutkan dengan hewan karnivora sebagai tingkat III
dan seterusnya. Contohnya : Rumput – Tikus – Ular – Elang
Rantai
Parasit
Tipe ini
adalah tipe yang mana organisme yang kecil yang memakan organisme besar.
Contohnya : Kerbau – Kutu – Burung Jalak – Elang
Rantai
Detritus
Tipe
ini, mata rantai nya berawal dari organisme pengurai. Yang mana hancuran dari
bahan bahan yang telah terurai kemudian dimakan oleh cacing, rayap dan lainnya.
Contohnya : Sampah Kayu – Rayap – Ayam – Ular
Contoh
Rantai Makanan yang ada di darat :
Padi –
Tikus – Ular – Elang – Pengurai Padi, yaitu sebagai produsen penghasil makanan
untuk organisme lain. Padi menghasilkan biji beras. Tikus, yaitu sebagai
konsumen primer karena tikus merupakan hewan yang memakan tumbuhan atau yang
disebut dengan herbivora. Tikus memakan padi untuk kelangsungan hidupnya. Ular,
yaitu konsumen sekunder karena ular merupakan pemakan hewan lainnya atau
karnivora. Dan ular memakan tikus sebagai sumber energinya. Elang, yaitu
konsumen puncak. Elang memakan ular untuk kelangsungan hidupnya. Pengurai,
perannya yaitu mengurai Elang agar zat zat dan nutrisi nya dapat di serap
kembali oleh tanah dan agar dapat diserap oleh tumbuhan untuk proses
fotosintesis.
Contoh
Rantai Makanan yang ada di air :
Phytoplankton
– Ikan Kecil – Anjing Laut – Hiu – Dekomposer Phytoplankton, yaitu sebagai
produsen karena ia dapat membentuk cadangan makanan yang disebut amylum melalui
proses fotosintesis. Ikan kecil, yaitu sebagai Konsumen primer karena ikan
kecil memakan phytoplankton agar dapat bertahan hidup. Anjing laut, yaitu
sebagai konsumen sekunder karena anjing laut memakan ikan kecil, dan
mengubahnya menjadi energi untuk kelangsungan hidupnya. Hiu, yaitu sebagai
konsumen puncak karena hiu memakan anjing laut agar dapat bertahan hidup
Dekomposer, perannya mengurai hiu pada saat mati. Agar nutrisi nya dapat di
serap tanah dimana tanaman laut hidup.
b.
Jaring-jaring Makanan
Jaring-jaring
makanan adalah gabungan dari rantai-rantai makanan yang berhubungan
dikombinasikan atau digabung yang tumpang tindih dalam suatu ekosistem.
c.
Piramida Makanan
Piramida
makanan adalah sebuah gambaran menampilkan informasi tentang pengelompokan
ekosistem yang membandingkan komposisi dan jumlah biomassa. Komposisi dan
jumlah biomassa tersebut dikelompokkan dari mulai produsen, konsumen I,
konsumen II, dan konsumen III.
Pada
sebuah ekosistem yang normal, produsen mempunyai jumlah terbanyak pada sebuah
ekosistem. Selanjutnya jumlah konsumen tingkat I lebih banyak dari jumlah
konsumen tingkat II. Jumlah konsumen tingkat II lebih banyak dari konsumen
tingkat II, dan seterusnya.
Contoh Piramida
Makanan pada ekosistem darat.
Pada
ekosistem darat, piramida makanan tidak hanya diisi oleh hewan saja. Akan
tetapi, tumbuhan juga menjadi salah satu bagian penting dari piramida makanan
ekosistem darat. Berikut ini rincian piramida makanan untuk ekosistem darat.
Produsen
pada piramida makanan ekosistem darat dihuni oleh berbagai tumbuhan seperti
rerumputan dan tumbuhan yang daunnya dikonsumsi oleh sebagian besar populasi
binatang di daratan.
Konsumen
I ekosistem darat contohnya adalah serangga dan tikus yang memakan tumbuhan dan
sejenisnya.
Konsumen
II diisi oleh katak, ayam dan hewan sejenisnya yang mengkonsumsi serangga dan
belalang.
Konsumen
III pada piramida makanan ekosistem darat adalah burung elang, ular, dan hewan
lain pemangsa ayam dan hewan sejenisnya.
Jenis-jenis
Piramida Makanan
1.
Piramida Energi
Piramida
energi berfungsi menghitung aliran energi pada ekosistem tertentu dengan satuan
(kal/m²/th).
2.
Piramida Biomassa
Piramida
biomassa adalah piramida makanan yang memadukan massa dari seluruh organisme
pada suatu lingkungan tertentu. Setelah itu, berat setiap organisme diukur
dalam satuan gram. Berat tersebut diambil dari satuan berat rata-rata organisme
dengan menggunakan rumus perkiraan yang sudah ditentukan.
3.
Piramida Populasi
Piramida
populasi berisi informasi tentang jumlah populasi untuk sebuah ekosistem secara
umum. Piramida populasi biasanya dibagi menjadi organisme yang menjadi mangsa
dan organisme yang menjadi pemangsa. Keseimbangan jumlah organisme yang sesuai
adalah jumlah mangsa harus lebih banyak dari jumlah pemangsa.
D.
Pengaruh
Perubahan Lingkungan terhadap Makhluk Hidup
Lingkungan
di bumi ini akan selalu mengalami perubahan. Perubahan itu bisa disebabkan
manusia, bisa disebabkan oleh alam. Diantaranya:
Faktor
Manusia
1.
Pencemaran
Pencemaran
lingkungan adalah masuknya zat atau energi lain ke dalam air, udara, dan tanah.
Pencemeran ini juga dapat diartikan sebagai adanaya perubahan suatu kondisi
komposisi pada media yang tercemar. Misalnya saja tanah, air, dan udara yang
disebabkan oleh beberapa faktor seperti proses alam, manusia, dan yang lainnya.
Hal
tersebut mengakibatkan adanya penurunan kualitas media yang tercemar sehingga
tidak bisa berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.
Suatu
zat dikatakan sebagai polutan apabila :
·
Jumlahnya melebihi jumlah normal.
·
Berada pada tempat yang tidak tepat.
·
Berada pada waktu yang tidak tepat.
a.
Pencemaran Air
Pencemaran
air adalah kerusakan yang terjadi pada air sehingga melewati batas normal pada
umumnya. Air yang tercemar disebabkan oleh adanya sebuah zat kimia atau polutan
yang masuk ke dalam air. Polutan ini diantaranya adalah sebagai berikut :
Limbah
Industri, yaitu limbah yang mengandung sebuah logam berat seperti raksa,
timbal, dan yang lainnya. Biasanya limbah ini dialirkan ke sungai. Logam
tersebut sangat berbahaya jika masuk de dalam tubuh manusia karena dapat
menimbulkan penyakit kanker.
Limbah
Rumah Tangga, limbah rumah tangga sering kita temukan adalah limbah deterjen
dan limbah sampah. Limbah ini dapat mengakibatkan penurunan oksigen di perairan
sehingga dapat mengancam populasi makhluk hidup yang hidup di air.
Limbah
Pertanian, limbah pertanian yang sering kita temukan adalah limbah pupuk atau
insektisida. Limbah ini sangat berbahaya untuk kesehatan manusia juga pada
organisme yang lainnya. Hal ini juga akan mengakibatkan kematian pada organisme
yang hidup di dalam air.
b.
Pencemaran Tanah
Pencemaran
tanah yang sering kita temukan adalah sampah. Sampah merupakan salah satu
penyebab tanah bisa tercemar. Pencemaran tanah bisa disebabkan oleh pembuangan
sampah yang tidak dikelola dengan baik.
Selain
itu pencemaran tanah bisa disebabkan oleh kebocoran limbah cair dari industri
serta tumpahan minyak, zat kimia, dan limbah yang lainnya. Jika tanah sudah
tercemar oleh suatu polutan, maka polutan tersebut akan mengendap ke dalam
tanah sebagai zat yang sangat beracun yang dapat membahayakan kesehatan
manusia.
Polutan
bisa dibedakan menjadi 2 jenis, yakni sebagai berikut :
Polutan
dapat diuraikan oleh proses alam, contohnya : kayu, atau bahan sisa makanan
serta sampah-sampah dedaunan.
Polutan
yang tidak dapat diuraikan oleh proses alam, contohnya : logam, plastik,
kaleng, dan lain sebagainya.
c.
Pencemaran Udara
Pencemaran
udara biasanya terjadi disebabkan oleh pembakaran hutan yang dilakukan secara
ilegal dan asap dari kendaraan ataupun pabrik. Beberapa jenis polutan yang
sering mencemari udara, diantaranya adalah sebagai berikut ini.
Karbon
Monoksida (CO), Gas CO adalah hasil pembakaran yang tidak sempurna oleh mesin
kendaraan bermotor. Jika gas ini terhirup oleh manusia maka akan ikut beredar
pada darah manusia sehingga akan mengakibatkan kepala menjadi pusing dan bahkan
bisa menyebabkan gangguan pada saraf.
Karbon
Dioksida (CO2), Gas CO2 adalah gas yang dihasilkan dari proses pernapasan
makhluk hidup, pembusukan bahan organik dan pelabukan dari batuan. Bila gas ini
di atmosfer jumlahnya meningkat, maka akan menyebabkan peningkatan suhu pada
bumi.
Senyawa
Nitrogen, Gas nitrogen ini sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup sebagai bahan
untuk membangun protein. Jika gas ini bereaksi dengan air maka akan membentuk
sebuah senyawa asam.
Senyawa
Belerang, Gas sulfur dioksida ini berasal dari pabrik yang menggunakan belerang
dan hasil dari pembakaran fosil. Gas ini jika bereaksi dengan air akan
membentuk senyawa asam. Bila senyawa ini turun bersamaan dengan hujan, maka
akan terjadilah hujan asam.
Klorofluorokarbon
(CFC), CFC sering kali digunakan untuk bahan pendingin pada AC dan kulkas.
Selain itu, CFC juga digunakan untuk alat penyemprot rambut dan juga alat
penyemprot nyamuk. CFC sangat berbahaya sekali karena bisa merusak lapisan ozon
pada atmosfer. Akibatnya perlindungan bumi dari radiasi sinar ultraviolet akan
berkurang.
Penyebab
Pencemaran Air dan Tanah :
·
Erosi dan curah hujan yang sangat tinggi.
·
Sampah buangan manusia dari rumah atau
pemukiman penduduk.
·
Zat kimia yang berasal dari industri, rumah
penduduk, dan sebagainya.
Dampak
Pencemaran Lingkungan
Berikut
ini adalah dampak dari pencemaran lingkungan.
a.
Punahnya Spesies
Polutan
sangat berbahaya untuk biota air dan darat. Berbagai jenis hewan mengalami
keracunan dan tidak sedikit yang mati karenanya. Berbagai spesies hewan
mempunyai kekebalan yang tidak sama. Ada yang peka dan ada pula yang tahan
terhadap polutan tersebut.
b.
Peledakan Hama
Penggunaan
insektisida bisa pula membunuh predator pada rantai makanan tertentu. Karena
predator punah, maka serangga akan berkembang dengan pesat tanpa terkendali.
c. Gangguan
Keseimbangan Lingkungan
Punahnya
spesies tertentu bisa merubah pola interaksi di dalam suatu ekosistem.
Akibatnya, keseimbangan lingkungan akan menjadi terganggu dan tidak stabil.
d.
Kesuburan Tanah Berkurang
Penggunaan
insektisida bisa mematikan fauna tanah. Hal ini dapat menyebabkan kesuburan
tanah menurun. Selain itu menggunakan pupuk secara berlebihan dapat menyebabkan
tanah menjadi asam. Hal ini juga bisa menurunkan kesuburan pada tanah.
Untuk
mengatasi hal tersebut maka hendaknya dilakukan pemupukan dengan menggunakan
pupuk kandang, sistem penanaman selang-seling (tumpang sari), dan rotasi
tanaman.
e.
Terbentuk Lubang Ozon
Terbentuknya
lubang ozon ini merupakan salah satu permasalahan dari pemanasan global. Hal
ini disebabkan oleh bahan pencemar yang bisa merusak lapisan ozon seperti CFC.
f. Efek
Rumah Kaca
Permasalahan
global lainnya adalah efek rumah kaca. Gas CO2 yang dihasilkan dari proses
pembakaran akan meningkatkan kadar CO2 pada atmosfer bumi. Hal ini menyebabkan
suhu bumi akan meningkat.
Berikut
ini ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.
1.
Menempatkan daerah industri atau pabrik-pabrik
besar jauh dari daerah pemukiman penduduk.
2.
Pembuangan limbah industri harus diatur
sehingga tidak lagi mencemari lingkungan.
3.
Pengawasan terhadap penggunaan jenis-jenis
peptisida dan zat kimia yang lainnya yang dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan.
4.
Memperluas gerakan penghijauan dan reboisasi
hutan yang gundul.
5.
Tindakan tegas terhadap pelaku pencemaran
lingkungan.
6.
Membuang sampah pada tempatnya.
7.
Memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang
arti lingkungan hidup.
8.
Penggunaan bahan yang ramah terhadap
lingkungan.
2.
Penebangan
dan Pembakaran Hutan
Manusia melakukan
penebangan dan pembakaran
hutan secara liar demi membuka lahan pertanian dan pemukiman. Penebangan hutan juga dilakukan
untuk mengambil kayu
sebagai bahan pembuatan
perlengkapan rumah tangga. Kegiatan tersebut tentu saja
membuat hutan menjadi
gundul. Populasi beberapa tumbuhan berkurang bahkan punah.
Hewanhewan hutan kehilangan tempat tinggal.
3.
Penggunaan
Bahan-bahan Kimia dan Pestisida secara Berlebihan
Salah
satu contoh penggunaan bahan kimia adalah
penggunaan detergen sebagai
bahan pembersih. Detergen menghasilkan busa yang dapat mencemari lingkungan. Busa detergen akan menutupi
permukaan perairan sehingga
sinar matahari tidak
dapat menembus perairan. Proses
fotosintesis tumbuhan air menjadi
terganggu. Akibatnya tumbuhan kekurangan
makanan dan akhirnya
mati. Contoh lainnya
adalah penggunaan pestisida
yang berlebihan untuk
memberantas hama tanaman. Penggunaan pestisida berlebihan
dapat membunuh hewan
lain yang lebih
menguntungkan.
4.
Eksploitasi
Sumber Daya Laut
Eksploitasi sumber
daya laut umumnya
berupa penangkapan ikan
secara tidak bertanggung
jawab. Misal dengan
menggunakan bom atau
racun. Penggunaan bom dan racun
selain mematikan ikanikan kecil, juga akan merusak terumbu karang.
5.
Perburuan
Liar
Perburuan
liar terhadap hewan dan tumbuhan dapat
mengakibatkan kelangkaan hewan
dan tumbuhan tersebut.
Jika tidak dihentikan,
perburuan liar dapat
mengakibatkan kepunahan. Akibatnya, keseimbangan ekosistem menjadi terganggu.
6.
Perusakan
Terumbu Karang
Terumbu
karang merupakan rumah bagi hewan-hewan
laut. Warnanya yang
indah membuat sebagian
masyarakat mengambilnya untuk
dijadikan hiasan. Pengambilan
ini tentu mengancam
keberadaan terumbu karang.
Akibatnya, ikan-ikan kehilangan
tempat tinggal. Ekosistem laut menjadi terganggu. Jika dibiarkan, lambat laun ikan-ikan akan punah.
7.
Pembangunan
Rumah dan Jalan
Adanya
pembangunan baru di beberapa wilayah yang kurang strategis tentunya akan
memberikan dampak bagi lingkungan. Dimana lahan yang seharusnya dapat digunakan
untuk menanam kebutuhan papan menjadi hilang. Hal ini menyebabkan lahan
tersebut menjadi tidak produktif. Sedangkan pembangunan jalan yang tidak
mematuhi aturan yang telah ditetapkan juga akan memberikan dampak pada
lingkungan.
Jika
pembangunan jalan tidak memikirkan sistem drainase air, maka akan memberikan
kerugian besar seperti dapat menyebabkan banjir dan memudahkan jalanan yang
dibangun tersebut cepat rusak. Selain itu, pembangunan jalan yang tidak
disertai penghijauan disekitarnya akan menyebabkan polusi udara yang parah dan
membuat masyarakat menjadi tidak nyaman.
8.
Penerapan
Intensifikasi Pertanian
Dalam
usaha pertanian, beberapa dari mereka menerapkan sistem intensifikasi untuk
meningkatkan hasil produksi. Akan tetapi cara tersebut akan memberikan kerugian
bagi lingkungan dan menyebabkan kerusakan. Contohnya disini adalah penggunaan
pestisida yang sembarangan akan menyebabkan pencemaran udara, selain itu sistem
penanaman yang hanya menanamkan satu jenis tumbuhan dalam 1 wilayah akan
mengurangi keanekaragaman hayati, selain itu juga dapat mengurangi keseimbangan
ekosistem disekitarnya. Apabila ekosistem tidak stabil, maka tidak heran
apabila terjadi serangan hama secara besar besaran.
2. Faktor
Alam
Faktor
alam juga memiliki pengaruh yang besar dalam perubahan suatu lingkungan tempat
tinggal. Faktor alam yang dimaksudkan disini adalah karena pengaruh dari
bencana alam seperti:
a.
Banjir
Bencana
alam banjir dapat terjadi apabila sistem drainase suatu daerah tidak bekerja
dengan baik, selain itu juga dapat disebabkan oleh penumpukan sampah yang ada
di sungai. Banjir memang bencana yang tidak dapat diperdiksi kapan terjadinya,
akan tetapi bencana ini memberikan dampak bagi lingkungan yang terkena.
Beberapa dampak banjir bagi lingkungan tempat tinggal diantaranya:
·
Mudah terserang penyakit
·
Kebutuhan sandang, pangan dan papan tidak
terpenuhi
·
Jika terdapat sekolah yang terkena, maka
pembelajaran akan terganggu
·
Udara menjadi tidak sedap
·
Lingkungan menjadi kumuh dan sumber penyakit
b. Gempa
Bumi
Gempa
bumi juga dapat menyababkan kondisi lingkungan menjadi tidak stabil, terutama
adalah bagian dalam bumi. Gempa dapat menyebabkan terjadinya pergeseran pada
lempeng bumi, hal ini akan memberikan pengaruh pada sesuatu yang berada
diatasnya. Contohnya disini adalah bangunan menjadi roboh, pohon pohon menjadi
miring, adanya retakan pada bangunan atau jalanan.
Dampak
dari gempa bumi sendiri tergantung dari skala gempa yang terjadi, dimana
semakin besar skalanya maka dampak yang diberikan juga semakin buruk. Contohnya
disini adalah gempa bumi yang terjadi di Aceh beberapa tahun silam yang hampir
meratakan seluruh daratan di wilayah tersebut. Akibatnya lingkungan menjadi
tidak terkendali dan harus melakukan pembangunan dari awal.
c.
Letusan Gunung Api
Peristiwa
meletusnya gunung berapi secara geografi dapat diprediksi, akan tetapi kondisi
suatu gunung berapi yang tidak stabil terkadang membuat menjadi tidak siaga.
Adanya letusan gunung berapi tentunya memberikan dampak positif dan negatif
bagi lingkungan disekitarnya.
Dampak
positifnya adalah wilayah yang terlewati oleh abu vulkanik menjadi subur,
sedangkan material yang dikeluarkan dapat dijadikan sebagai tambang. Sedangkan
dampak negatifnya adalah pemukiman warga menjadi rusak dan ekosistem di wilayah
tersebut menjadi tidak stabil, hal tersebut dapat membuat makhluk hidup yang
berada di wilayah tersebut menjadi punah. Contoh letusan gunung berapi yang
memberikan dampak bagi perubahan lingkungan salah satunya adalah suksesi Gunung
Krakatau pada 150 tahun silam yang membuat beberapa wilayah tenggelam dan
menimbulkan wilayah baru.