Jumat, 27 Desember 2013

Periksa kekurangan diri ini ....

Muhasabah Akhir Tahun
Marilah kita sejenak menundukkan pandangan kita ke bawah, ke tanah di mana kita berasal dan ke sana pula akhir hidup kita. Mari kita luangkan waktu sedikit saja untuk merenungi diri, bertafakur, muhasabah dan mengevaluasi diri kita. Sebelum Allah Yang Maha cermat perhitungan- Nya menghisab kita diyaumul akhir.

"Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang, karena sungguh mudah hisab dihari kiamat bagi orang yang melakukan hisab di dunia. Maka berhias dirilah dengan amal sholeh untuk sebuah perhelatan akbar pada hari kiamat."

Kita tidak tahu, kapan Allah menghisab setiap lembar kehidupan kita. Bahkan kita tidak tahu kapan detak jantung kita berhenti. Setahun lagi, sebulan lagi, sejam lagi, atau mungkin setelah kita membaca catatan ini. Tidak ada yang tahu, bahkan bisa jadi kita sudah tidak dapat berdiri dari tempat duduk kita sendiri. Kebaikan apa yang kita andalkan dan akan kita bawa sebagai bekal perjalanan keabadian menuju negeri akhirat yang panjang dan berliku.

"Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al Hasyr: 18)

"Dan tidak seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya esok. Dan tidak seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui lagi Maha Mengenal." (QS.Lukman : 34)

Sangat banyak nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita, yang ternyata tidak berbanding lurus dengan kesyukuran dan ketaatan kita kepada-Nya. Entah mengapa karunia dan nikmat yang banyak itu, justru jatuh kepada kita yang kini sedang bermunajat dan bertafakur ini. Padahal andai kita berani jujur. Apalah kelebihan kita? Apalah keunggulan kita dibanding yang lain. Cobalah tengok diri kita ini. Kita hanyalah seonggok daging berbalut tulang yang terus membungkus aib dan maksiat dari hari ke hari yang kita jalani. Seandainya dosa dan maksiat yang kita lakukan, menimbulkan bau busuk, maka sungguh tak seorang yang ingin duduk dan bergaul dengan kita, dan sungguh bumi tempat berpijak kita ini akan dipenuhi dengan berbagai macam bau busuk maksiat.

Tahukah kita bahwa pada hari kiamat nanti, mulut kita akan bungkam membisu, satu huruf pembelaan pun tak kuasa kita lontarkan, karena mulut kita ditutup rapat oleh Allah. Segala anggota tubuh kita akan dimintai pertanggung jawaban secara langsung oleh Allah. Tangan kita akan membuka kedok maksiat yang pernah kita lakukan semasa di dunia. Kaki akan menjadi saksi terhadap setiap langkah-langkah yang pernah kita ayunkan menuju tempat maksiat. Mata dan telinga,juga akan menjerat kita dengan persaksian yang sangat cermat tentang segala maksiat yang pernah kita lihat dan dengar. Bahkan pikiran-pikiran kotor yang sering menari-nari dalam benak kita dan hayalan yang merasuki hati kita pun diketahui dan diawasi dengan cermat oleh Allah.

"Pada hari kiamat ini Kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan". (QS. Yaasin: 65)

"Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka akan berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kami menjadi saksi terhadap kami?" Maka kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula)berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama dan hanya kepada-Nyalah kamu kembali." (QS. Fushshilat: 20-21)

Tidak heran bila bencana demi bencana yang menimpa kita. Muskyilah atau problem yang menyeruduk kita tidak lain adalah karena ulah tangan kita sendiri.

Jangan jadikan diri kita sebagai bahan bakar api neraka, karena kita tidak syukur nikmat. Percikan api dunia saja kita tidak sanggup menghadapinya, apalagi menghadapi api jahanam yang sebanding dengan 70 api di dunia. Gunakanlah segala nikmat Allah berupa anggota tubuh yang lengkap sesuai dengan fungsinya yang diperintahkan. Ingat firman Allah:

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah),dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar(ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai". (QS. Al A'raf: 179)

Dalam masalah ibadah pun, kita sulit merasakan kenikmatannya. Membaca Al-Qur'an semakin hambar saja, bahkan terkadang kita bosan membacanya. Kenikmatan mentadabburi isi kandungnya telah lama hilang. Penyebabnya bisa jadi karena hati kita yang penuh debu-debu kemaksiatan, terkontaminasi dengan segala macam polusi kebejatan.
Utsman bin Affan ra berkata:
"Seandainya hati kalian bersih dan suci, maka tentulah hati itu tidak akan pernah merasa bosan oleh Kalam Tuhan."

Janganlah membayangkan yang jauh, sekedar, memahami bacaan sholat saja pun terkadang kita tidak mampu, sholat kerap kali tidak khusyuk. Ketika sujud tersungkur pun kita jarang teringat Allah.

Kita sepertinya belum maksimal melaksanakan sholat-sholat wajib secara sempurna seperti yang diperintahkan. Kita masih sering lalai dan tidak mengerjakannya tepat waktu secara berjamaah. Apa lagi dengan sholat-sholat sunnah, sholat lail, sholat rawatib, sholat dhuha atau sekedar witir sebelum tidur. Tidak heran bila kita tidak sanggup merasakan nikmatnya kekhusuk an shalat dan pengaruhnya dalam relung-relung hati dan sendi-sendi kehidupan kita. Bahkan kita sulit merasakan kebahagiaan dan ketenangan sebagai buah dari ibadah dan taat itu. Ataupun sekedar mencegah diri kita dari perbuatan keji dan mungkar.

Bukankah sholat ini yang pertama kali dihisab pada hari kiamat, kalau sholat kita ini diterima maka seluruh amalan kita yang lain akan mudah perhitungannnya. Rasulullah SAW bersabda:
"Yang paling pertama dihisab pada diri seorang hamba pada hari kiamata dalah sholat, bila sholatnya baik maka seluruh amalan yang lain juga akan baik. Dan bila sholat ini tidak baik, maka seluruh amalan yang lain pun akan menjadi rusak."

Ikhwati wa akhawati fillah! Saudaraku seiman!

Jangan biarkan muhasabah ini kehilangan gaung, hanya menjadi deretan kata tanpa makna, bulatkan azam untuk meninggalkan segala maksiat, singsingkan lengan baju untuk lebih meningkatkan kwalitas dan kwantitas ibadah, agar muhasabah ini, lebih tepat guna dan menjadi cerita nostalgia, nanti ketika kita semua dikumpulkan Allah di syurga firdaus.

Akhirnya, mari kita bersama menengadahkan tangan, menundukkan kepala lebih dalam lagi, menghaturkan do'a harap kepada yang pintu kasih-Nya tidak pernah ditutup. Kepada Ar-rahman Ar-rahim, Rabbul izzati wal jabarut

Ya Allah Yang Maha Mendengar, tiada Illah yang berhak disembah, selai Engkau

Ya Allah, inilah kami, hamba-hamba-Mu yang hina, kita tengah mengadahkan tangan menghiba kepada-Mu. Sehina apapun kami, kami adalah makhluk Ciptaan-Mu. Kami memohon dengan penuh kerendahan hati, ampunilah dosa-dosa kami.

Ya Allah, ampunilah sebusuk apapun diri-diri kami. Ampunilah segelap apapun masa lalu kami. Ampunilah sehina apapun aib-aib kami.

Duhai Allah Yang Maha Mendengar, ampunilah orang tua kami, ampunilah segala kezaliman kami kepada ibu bapak kami. Andaikata kedurhakaan kami menjadi penggelap kehidupan mereka, maka jadikanlah kami saat ini menjadi anak yang sholeh yang dapat menjadi cahaya bagi kehidupan orang tua kami, di dunia dan diakhirat.

Karuniakanlah bagi keluarga-keluarga kami rumah tangga yang sakinah. Jangan jadikan rumah tangga kami menjadi rumah tangga yang penuh bencana. Ya Allah, berilah kepada kami kepercayaan dan kesempatan memiliki keluarga dan anak keturunan yang lebih baik dari diri kami. Jangan biarkan mereka mencoreng aib di wajah kami, ampunilah jika kami salah mendidik mereka ya Rabb. Ya Allah, jangan biarkan istri dan anak-anak kami manghujat kami kelak di akhirat. Rabb, utuhkan kemuliaan mereka di dunia, utuhkan pula kemuliaan mereka di syurga.

"Ya Allah, berikanlah kami rasa takut kepada-Mu yang senantiasa menghalangi kami dari kemaksiatan. Berilah pula kepada kami ketaatan yang kelak mengantar kami ke syurga-Mu dan keyakinan yang meringankan beban musibah dunia yang menimpah kami."

"Ya Allah, perbaikilah agama kami yang menjadi pangkal seluruh urusan kami, perbaikilah dunia kami yang menjadi penghidupan kami dan perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai sarana menambah kebaikan bagi kami dan jadikanlah kematian sebagai tempat istrahat bagi kami dari kejahatan.

"Ya Allah, sesungguhnya buah kebatilan itu telah matang, dan kini tiba saatnya untuk memenggalnya, maka turunkanlah dari langit kebenaran sebuah tangan kuat yang akan memenggalnya, dan singkaplah tabir kegelapan yang menutupi mata hati manusia dari melihat cahaya kebenaran-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa malakukan itu ya Allah."

Aamiin.

Sumber : Shalahuddin Abdul Rahman, Lc 

Selasa, 16 April 2013

Sunnatulloh itu Hukum Sebab Akibat

Jika ada sesuatu hal yang terjadi maka itu adalah sebagai akibat dari suatu sebab sebelumnya. Sebaliknya, peristiwa tersebut juga bisa mengakibatkan akibat berikutnya. Itulah hukum sebab akibat yang tiada hentinya, berputar terus dalam kehidupan atau dalam istilah Jawa Kuno disebut Cokro Manggilingan. Hukum sebab akibat ini merupakan salah satu dari sekian banyak hukum alam yang sudah ditakdirkan Tuhan.

Hukum - hukum alam ini sepertinya 'pasti' dan mempunyai pola kejadian yang bisa diamati, dititeni kata orang Jawa. Tidak berbeda jauh dengan adanya fenomena matahari selalu nampak terbit dari arah timur (walaupun sebenarnya bumilah yang berotasi ke arah timur). "QS 36. Yaasiin : 38. dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui."

Pun demikian dengan perbuatan baik dan jahat, yang dalam terminologi agama disebut dengan dosa dan pahala. Itupun tak luput dari ketetapanNya atau sunahNya di alam semesta ini yaitu hukum sebab akibat, baik dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan nanti setelah kematian. Itu adalah hukum alam-Nya. Suatu perbuatan baik akan mengakibatkan kebaikan bagi si pelaku dan sebaliknya perbuatan jahat akan mengakibatkan kejelekan bagi si pelaku. Pepatah Melayu mengatakan : Siapa menabur angin akan menuai badai. Orang Jawa mengatakan : Becik ketitik olo ketoro, artinya baik akan kelihatan hasilnya dan jahat juga akan kelihatan dari hasilnya.


Karena dosa pahala adalah memang sudah sunah-Nya atau ketetapanNya yang berarti juga sudah menjadi hukum alam semesta maka tidak perduli orang percaya atau tidak percaya, pasti hukum tersebut akan berlaku bagi siapapun.

Namun yang perlu digaris bawahi adalah, dari segala hukum alam-Nya maka Tuhan berada di atas semua itu. Tuhan sendiri tiadalah tunduk di bawah hukum yang diciptakan-Nya. Tuhan mengatasi hukum ciptaan-Nya. Karena itu Tuhan juga berkuasa 'menyimpangkan' hukum sebab akibat tersebut karena kekuasann dan kasih (welas asih)-Nya.

Contohnya, walaupun keadaan cuaca mendung tebal yang secara 'kebiasaan alam' akan hujan lebat, namun jika Tuhan berkehendak lain - misalnya demi mengabulkan doa hambaNya yang untuk sementara waktu minta tidak diturunkan hujan dulu karena ada hal yang mendesak, maka adalah hak-Nya untuk tidak menurunkan mendung tersebut menjadi hujan lebat. Atau sebaliknya, walau cuaca lagi kering kemarau, namun karena mengabulkan doa hambaNya yang lagi  minta hujan, maka sangat mudah bagi-Nya untuk tiba-tiba menurunkan hujan lebat.

Kembali kepada soal dosa pahala sebagai sebagian hukum sebab akibat tersebut. Jika si hamba yang merasa terlanjur berbuat kejahatan (dosa) kemudian mohon ampunan kepada-Nya dan bertobat dengan sungguh-sungguh maka Tuhan sangat berkuasa untuk mengampuni si hamba tersebut. Karena Tuhan adalah Yang Maha Pengampun lagi Maha Menyayangi, Al Ghofur Ar Rohiim. Dan jika sudah diampuni oleh-Nya maka tentu saja segala akibat dari perbuatan dosa / kejahatan tersebut (ancaman siksa) akan 'disimpangkan' atau dihapus oleh-Nya. Sekali lagi karena Dia Maha Mengampuni kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Wallahu a'lam

--00OO( ^_^ )OO00--
HUKUM SEBAB AKIBAT

Hukum sebab akibat ini kurang lebih bermakna segala sesuatu yang terjadi pasti disebabkan oleh suatu hal. Kalau kita aplikasikan ke dalam kehidupan kita, berarti, apa yang sedang kita alami sekarang, merupakan hasil dari apa yang telah kita lakukan di waktu lampau, begitupun, apa yang sedang kita lakukan sekarang ini, tentu akan mempengaruhi apa yang akan kita alami dimasa yang akan datang.
Hukum sebab akibat memang kelihatannya merupakan hukum alam yang sangat sederhana. Namun dibalik kesederhanaannya itu, tahukah sahabat semua, jika kita ‘melanggar’ hukum sebab akibat, kita akan merasakan kepahitan dan kekecewaan yang luar biasa? Yang saya maksud dengan melanggar dalam hal in adalah mengabaikan atau tidak mempedulikan.
Hukum sebab akibat sebenarnya bisa kita jadikan sebagai pedoman, dalam kita melangkah meraih kesuksesan hidup kita masing-masing. Sederhananya begini, jika kita menginginkan sebuah kesuksesan, mulailah berhitung berapa banyak tindakan atau langkah yang kita ambil setiap hari yang mengarah pada pencapaian kesuksesan tersebut, karena jelas, berdasarkan hukum sebab akibat, ini akan sangat mempengaruhi cepat lambatnya atau besar kecilnya kesuksesan yang akan kita raih.
Namun dalam memahami hukum sebab akibat sebagai pedoman kita dalam meraih kesuksesan hidup, perlulah kiranya kita sadari bahwa ada selang waktu antara sebab dan akibat, selang waktu ini biasanya di sebut sebagai proses. Kita terkadang lupa akan adanya proses ini atau terkadang kita tidak bersabar untuk melewati proses ini, sehingga ketika masalah datang mencoba menghalangi langkah kita, motivasi kita untuk meraih kesuksesan hidup menjadi berkurang, kita kemudian merasa khawatir atau bahkan putus asa. Kita tidak sadar bahwa sebenarnya masalah yang sedang kita hadapi itu, merupakan bagian dari proses dalam meraih kesuksesan hidup.
Ingat dan renungkanlah sahabat, bahwa untuk meraih kesuksesan hidup tidaklah semudah ketika kita membicarakannya, di situ akan ada perjuangan, pengorbanan, kepahitan, kesedihan, tetesan air mata… Namun sahabat juga harus memiliki harapan baik bahwa kesuksesan hidup bukanlah hal yang mustahil untuk diraih asalkan kita memantaskan diri kita untuk itu.
Dan percayalah, ketika kesuksesan hidup sudah kita raih, ‘luka-luka’ yang pernah kita alami selama proses untuk mencapai kesuksesan hidup itu akan hilang. Bahkan ‘luka-luka’ dan proses itu akan menjadi kenangan manis, yang mungkin akan membuat kita tersenyum ketika kita mengingatnya, dan yang juga akan menyempurnakan kebahagiaan dari kesuksesan hidup yang sudah dalam genggaman.
Jadi …
Berfokuslah, arahkan tindakan, langkah dan energi kita pada kesuksesan hidup yang ingin kita raih, jangan pernah takut dengan proses yang akan kita jalani, hadapilah setiap masalah, berlakulah seperti seorang prajurit yang gagah berani yang siap maju ke medan pertempuran, dan ketika kita terjatuh, katakan pada diri kita “sahabatku ini adalah hal yang biasa”.
Satu hal lagi, janganlah pernah kita melupakan Tuhan dalam setiap usaha kita, berdoalah, mintalah petunjuk dan persetujuan Dia Yang Maha Mengetahui.
Ketika kita sudah membentuk ‘sebab’ seperti diatas, tentulah sudah dapat kita perkirakan ‘akibat’ apa yang akan kita terima nantinya, dengan kata lain, kita sudah dapat memperkirakan kesuksesan hidup seperti apa yang akan kita raih.
Sumber :
http://tiknan.blogspot.com/2012/11/dosa-pahala-hukum-sebab-akibat.html
http://www.yhs.net/hukum-sebab-akibat/

Sabtu, 13 April 2013

Hadits Arbain ke 30

Kajian Sabtu Pagi, 12 April 2013
Hadits Arba’in Ke-30 “Rambu-Rambu Alloh”
Ust. Junaedi Manik

عن أبي ثعلبة الخشني جرثوم بن ناشر – رضي الله عنه – عن رسول الله صلى الله علية وسلم قال : " إن الله تعالى فرض فرائض فلا تضيعوها،وحد حدودا فلا تعتدوها، وحرم أشياء فلا تنتهكوها ، وسكت عن أشياء رحمة لكم غير نسيان فلا تبحثوا عنها ". حديث حسن رواه الدارقطني وغيره

Terjemahan:
Dari Abu Tsa’labah Al Khusyani, jurtsum bin Nasyir radhiallahu 'anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau telah bersabda : “ Sesungguhnya Allah ta’ala telah mewajibkan beberapa perkara, maka janganlah kamu meninggalkannya dan telah menetapkan beberapa batas, maka janganlah kamu melampauinya dan telah mengharamkan beberapa perkara maka janganlah kamu melanggarnya dan Dia telah mendiamkan beberapa perkara sebagai rahmat bagimu bukan karena lupa, maka janganlah kamu membicarakannya”. (HR. Daraquthni, Hadits hasan)

(Hadits ini dikatagorikan sebagai hadits dha’if -- Hadits ini dalam sanadnya ada yang terputus, sehingga dikategorikan sebagai hadits dha’if, sebagaimana yang disebutkan dalam Kitab.). Lihat Qowa’id wa Fawa’id Minal Arbain An Nawawiah, karangan Nazim Muhammad Sulthan, hal. 262. Lihat pula Misykatul Mashabih, takhrij Syekh Al Albani, hadits no. 197, juz 1. Lihat pula Jami’ Al Ulum wal Hikam, oleh Ibnu Rajab al Hambali). Keterputusan sanad ini ditegaskan oleh Al-Wafi Dieb Al-Bugha menyebutkan, ‘Daruquthni meriwayatkan dari makhul dari Abu talabah al kasyani. Sementara makhul tidak perndah mendegar riwayat dari abu salabah.
Hadits ini memiliki banyak syahid (saksi) sehingga terangkat menjadi hasan. Hadits ini memiliki banyak penguat dari hadits lain, sehingga sanad hadits ini menjadi hasan. Karena itulah, An-Nawawi cenderung menganggapnya sebagai hadits hasan. Begitu juga As Samani, Al-Hafizh Al-‘Iraqi, dan ibnu hajar. Bahkan Ibnu Shalah menilai hadits sebagai hadits shahih. (Al-Waafi Fi Syarh Arba’iin).
Hadits ini boleh diamalkan. Ibu Sam’anni berkata “Orang yang mengamalkan hadits ini, layak mendapatkan pahala dan terhindari dari siksa, karena orang yang melakukan hal-hal yang wajib, menjauhi larangan, tidak melanggar ketentuan yang digariskan“

Ahamiyatul Hadits : 
“Hadits ini termasuk Jawami’Al Kalim yang menjadi keistimewaan Rasulullah SAW, Ungkapannya singkat, namun penuh dengan makna”
Sebagian ulama berkata, selain hadits ini tidak ada hadits yang membahas “ushuliyah” – pokok – dan “furuiyah”, karena Rasulullah SAW, membagi syariat Alloh menjadi empat jenis : Faraidh (kewajiban), maharim (yang diharamkan), hudud (ketentuan hukum), dan maskut ‘anhu (hal-hal yang tidak diperbincangkan) (Al-Wafi …, Dr. Musthafa Dieb, Al-Bugha, hal. 243). 

Syarh Hadits:
1.    Sesungguhnya Allah ta’ala telah menetapkan kewajiban-kewajiban
Wajib : segala sesuatu yang telah ditetapkan/ditentukan dalam hadits/quran (tidak ada tawar-menawar).
Fardhu ada dua : ‘Ain, Kifayah.
‘Ain : dibebankan semua individu Muslim. Seperti : shalat wajib, zakat, puasa. 
Kifayah : kewajiban yang apabila ada salah satu atau sebagian orang melakukannya, maka semua orang Islam terbebas dari dosa. Namun, jika tidak ada seorang pun yang melakukan, maka semua orang Islam mendapatkan dosa, seperti shalat jenazah, maar ma’ruf, dll.

2.    dan telah menetapkan batasan-batasannya janganlah kalian melampauinya 
Batasan-batasan itu ada kaitannya dengan dosa. Siapa yang melanggar maka mendapat dosa yaitu perkara-perkara yang dilarang oleh Alloh. Batasan Allah tersebut adalah hukuman-hukuman yang dimaksudkan untuk mencegah diri dari perbuatan yang dilarang, misalnya: hukuman zina, mencuri, minuman keras. 

3.    Dia telah mengharamkan segala sesuatu, maka janganlah kalian melanggarnya (mencoba, masuk didalamnya)
Larangan mendekati berbagai hal yang diharamkan. Yaitu : hal-hal yang secara jelas telah diharamkan dalam Al-Quran dan hadits. Seperti: Kesaksian palsu, makan harta anak yatim. (QS. Al-A’raaf [7] : 33, QS. Al-Maidah [5] : 87)

4.    Dia mendiamkan sesuatu sebagai kasih sayang terhadap kalian dan bukan karena lupa, jangan kalian mencari-cari tentangnya.
Selaras dengan perkataan nabi, “biarkanlah apa apa yang aku tinggalkan, itu sudah cukup bagimu”. (HR Muslim, kerjakan yang diperintah, tinggalkan yang dilarang)
Rosul : apa yang didiamkan Alloh atau tidak ditegaskan halal atau haram, adalah Rahmat Alloh kepada Hambanya, artinya boleh. (QS. Thoha [20] : 52).
Tidak boleh banyak Tanya. Karena banyak pertanyaan terhadap sesuatu mungkin dikhawatirkan akan memberatkan. 
Ibnu Mas’ud, “Jangan menanyakan hal-hal yang tidak bermanfaat. Janganlah mendalami sesuatu secara berlebihan. Cukuplah dengan apa yang dipahami oleh para shahabat Nabi SAW”. Rosululloh : “Syetan datang kepada salah satu di antara kamu lalu bertanya, “Siapa yang menciptakan itu?” hingga pada suatu pertanyaan, Siapa yang menciptakan tuhanmu?”, maka jika sampai pada pertanyaan itu, berlindunglah kepada Allah dan hentikanlah. (HR. Bukhori).
Rasululloh SAW : “Manusia tidak henti-hentinya bertanya, “Alloh yang menciptakan makhluk, lalu siapa yang menciptakan Allah? Barang siapa yang bertemu dengan pertanyaan ini maka ucapkan, “Saya beriman kepada Alloh”. (HR Muslim). 

Kesimpulan :
1.    Jangan meremehkan apa yang difardhukan Allah
2.    Jangan mendekati hak apa-apa yang diharamkan Allah
3.    Jangan sampai melampau batas-batas hukum Allah
4.    Jangan mencari-cari tahu apa yang didiamkannya.
5.    Patuhi semua kewajiban, komitmen dengan rambu-rambu yang ada, menjauhi masalah, dan mendiamkan apa-apa yang didiamkan-Nya)

Sabtu, 06 April 2013

Pembentukan Alam Semesta menurut Al-Quran

Dalam salah satu teori mengenai terciptanya alam semesta (teori big bang), disebutkan bahwa alam semesta tercipta dari sebuah ledakan kosmis sekitar 10-20 miliar tahun yang lalu yang mengakibatkan adanya ekspansi (pengembangan) alam semesta.
Sebelum terjadinya ledakan kosmis tersebut, seluruh ruang materi dan energi terkumpul dalam sebuah titik. Mungkin banyak di antara kita yang telah membaca tentang teori tersebut.
Sekarang, mungkin ada di antara kita yang ingin tahu bagaimana Al-Quran menjelaskan tentang terbentuknya alam semesta ini. Dalam Quran surat Al-Anbiya (surat ke-21) ayat 30 disebutkan:
أَوَلَمۡ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَنَّ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ ڪَانَتَا رَتۡقً۬ا فَفَتَقۡنَـٰهُمَا*ۖ وَجَعَلۡنَا مِنَ ٱلۡمَآءِ كُلَّ شَىۡءٍ حَىٍّ*ۖ أَفَلَا يُؤۡمِنُونَ (٣٠)
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Lalu dalam Quran surat Fussilat (surat ke-41) ayat 11 Allah berfirman:
ثُمَّ اسۡتَـوٰۤى اِلَى السَّمَآءِ وَهِىَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلۡاَرۡضِ ائۡتِيَا طَوۡعًا اَوۡ كَرۡهًا ؕ قَالَتَاۤ اَتَيۡنَا طَآٮِٕعِيۡنَ‏ ﴿۱۱
“Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.
Beberapa hal yang mungkin mengejutkan bagi para pembaca Al-Quran di abad ini adalah fakta tentang ayat-ayat dalam Al-Quran yang menyebutkan tentang tiga kelompok benda yang diciptakan(Nya) yang ada di alam semesta yaitu benda-benda yang berada di langit, benda-benda yang berada di bumi dan benda-benda yang berada di antara keduanya. Kita dapat menemukan tentang hal ini pada beberapa surat yaitu
surat To-Ha (surat ke-20) ayat 6 :
لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الۡاَرۡضِ وَمَا بَيۡنَهُمَا وَمَا تَحۡتَ الثَّرٰى‏ ﴿۶
“Kepunyaan-Nya lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah”
Lalu dalam surat Al-Furqan (surat ke-25) ayat 59 yang artinya:
اۨلَّذِىۡ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَا فِىۡ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسۡتَوٰى عَلَى الۡعَرۡشِ *ۛۚ اَلرَّحۡمٰنُ فَسۡـَٔـــلۡ بِهٖ خَبِيۡرًا‏ ﴿۵۹
“Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa…”
Juga dalam surat Al-Sajda (surat ke-32) ayat 4 yang artinya:
اَللّٰهُ الَّذِىۡ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَا فِىۡ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسۡتَوٰى عَلَى الۡعَرۡشِ*ؕ مَا لَكُمۡ مِّنۡ دُوۡنِهٖ مِنۡ وَّلِىٍّ وَّلَا شَفِيۡعٍ*ؕ اَفَلَا تَتَذَكَّرُوۡنَ‏ ﴿۴
“Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa…”
Dan surat Qaf (surat ke-50) ayat 58 yang artinya:
وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَا فِىۡ سِتَّةِ اَيَّامٍ*وَّمَا مَسَّنَا مِنۡ لُّغُوۡبٍ‏ ﴿۳۸﴾
“Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikit pun tidak ditimpa keletihan”
Nah ternyata di Al-Quran(600an) udah ada tentang penciptaan alam semesta dalam 6 masa, tapi kenapa baru ketauan sekitar taun 1920 lebih sama Om Hubble dan Mas Albert .
Dari surat-surat tersebut di atas terlihat bahwa secara umum proses terciptanya jagat raya ini berlangsung dalam 6 periode atau masa dimana tahapan dalam proses tersebut saling berkaitan. Disebutkan pula bahwa terciptanya jagat raya terjadi melalui proses pemisahan massa yang tadinya bersatu. Selain itu disebutkan pula tentang lebih dari satu langit dan bumi dan keberadaan ciptaan di antara langit dan bumi.
Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa sebelum para ahli mengemukakan tentang teori big bang (yang dimulai sejak tahun 1920-an), ayat-ayat Al-Quran telah secara jelas menceritakan bagaimana alam semesta ini terbentuk.
Proses Penciptaan Alam Semesta dalam Enam Masa Dalam Al-Qur’an
”Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya {27} Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28} dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang {29} Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya {30} Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya {31} Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh {32} (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu {33}”(Q.S. An-Nazi’at: 27-33)
Pembentukan alam semesta dalam enam masa, sebagaimana disebutkan Al-Qur’an atau kitab lainnya, sering menimbulkan permasalahan. Sebab, enam masa tersebut ditafsirkan berbeda-beda, mulai dari enam hari, enam periode, hingga enam tahapan. Oleh karena itu, pembahasan berikut mencoba menjelaskan maksud enam masa tersebut dari sudut pandang keilmuan, dengan mengacu pada beberapa ayat Al-Qur’an.
Dari sejumlah ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-Nazi’at ayat 27-33 di atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira dapat diuraikan sebagai berikut:
Masa I (ayat 27): penciptaan langit pertama kali
Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut ”big bang”, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit.
Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut , terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red. Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2, besarnya energi yang dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah.
Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi . Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi awan debu (dukhan) yang terbentuk akibat big bang
hembusan angin bintang dari kedua kutubnya galaksi yang terbentuk dari piringan bintang-bintang dan gas-gas pembentuknya
struktur filamen dari alam semesta yang bagaikan kapas.
Masa II (ayat 28): pengembangan dan penyempurnaan
Dalam ayat 28 di atas terdapat kata ”meninggikan bangunan” dan ”menyempurnakan”. Kata ”meninggikan bangunan” dianalogikan dengan alam semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin mengembang, dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauhi model roti kismis untuk menggambarkan mengembangnya alam semesta
Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat diperkirakan berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.
Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.
Masa III (ayat 29): pembentukan tata surya termasuk Bumi
reaksi nuklir yang menjadi sumber energi bintang seperti Matahari
Surat An-Nazi’ayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi seperti di atas, hanya ukurannya lebih kecil.
Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya (gambar 3). Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada Bulan itu sendiri.
Masa IV (ayat 30): awal mula daratan di Bumi
Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi.
Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya,[i] “Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?’ (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”.
daratan Pangaea yang merupakan asal mula semua daratan di Bumi.
Masa V (ayat 31): pengiriman air ke Bumi melalui komet
ilustrasi komet yang membawa unsur hidrogen sebagai pembentuk air di Bumi
Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-mula terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi ada air.
Jadi, darimana datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya.
Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.
Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia gunung sebagai pasak Bumi
Dalam ayat 32 di atas, disebutkan ”…gunung-gunung dipancangkan dengan teguh.” Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah.
Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu geologi.
Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi, ”Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”.
Demikianlah penafsiran enam masa penciptaan alam dalam Al-Qur’an, sejak kemunculan alam semesta hingga terciptanya manusia. Wallahu a’lam bisshowab.
Katakanlah, “Adakah di antara sekutumu yang dapat memulai penciptaan, kemudian mengulanginya kembali?”. Katakanlah, “Allah memulai penciptaan, kemudian Dia mengulanginya (mengembalikannya). Maka bagaimana kamu dipalingkan (menyembah selain Allah) ?”. (Q.S. Yunus [10] : 34)

 Sumber : 
http://www.flexmedia.co.id/proses-penciptaan-alam-semesta-dalam-enam-masa-dalam-al-quran/
http://rasyid-ic.blogspot.com/2012/01/terjadinya-alam-semesta-menurut-alquran.html


Energi dalam Al-Quran

Penjelasan Energi Dalam Al-Quran


Sumber: http://www.slideshare.net/intanDH/penjelasan-energi-panas-dalam-alquran

Sabtu, 16 Februari 2013

Rumahku Syurgaku

Oleh : Ust. Ihsan Saifudin
Kajian Sabtu Pagi, 16 Februari 2013 Guru Karyawan YPI Al-Azhar Solobaru


Urgensi Menata Keluarga
Di zaman ini, membahas fiqh parenting, (kajian keluarga) yang didalamnya dibahas masalah keluarga yang mencakup isteri, suami dan anak adalah perkara yang sangat penting. Hal ini dikarenakan jika seorang anak, isteri atau suami tidak qurrata a’yun, maka ia akan menjadi aduwwun (lawan). Jelasnya, jika anggota keluarga tidak menjadi kawan, maka ia akan menjadi lawan. Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu[A] Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [A] Maksudnya: kadang-kadang isteri atau anak dapat menjerumuskan suami atau Ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama.” (QS At-Taghabun : 14)

Pilar penegak kebahagiaan keluarga
Faktor terwujudnya keluarga bahagia sejahtera, yakni keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah (samara) akan lebih terdukung dengan adanya empat hal sebagaimana disebutkan dalam riwayat berikut ini:
Sesungguhnya termasuk faktor penyebab kebahagiaan seseorang ada 4 perkara: memiliki istri yang serasi, anak yang berbakti, kawan yang shalih, memperoleh rizki di negeri sendiri” (Kitab : Raudhatul Uqala’ wa Nuzhatul Fudhala’: 1/101)

Berkenaan dengan isteri yang serasi, anak yang berbakti, kawan yang shalih, dan rejeki di negeri sendiri. Secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.   Isteri yang serasi (istri shalihah)
Isteri yang serasi adalah juga isteri shalihah (mar’atushalihah). Isteri yang shalihah termasuk faktor penunjang kebahagiaan yang sangat urgen, tanpa adanya isteri shalihah, sulit rasanya mewujudkan kebahagiaan hidup, meskipun hal-hal lain tercukupi. Hal ini terbukti dengan tidak bahagianya nabi Adam AS tanpa adanya isteri meski tinggal di jannah yang penuh kenikmatan.
Seorang isteri dapat dikategorikan sebagai mar’atush shalihah, menurut sebuah hadits manakala menetapi beberapa sifat sebagaimana disebutkan dalam terjemahan hadits berikut: “Tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi seseorang setelah taqwa kepada Allah, melebihi dari kebaikan isteri yang shalihah; jika kamu menyuruhnya dia mentaati suruhanmu, jika kamu melihatnya, kamu merasa senang, dan jika kamu member nafkah dia menerima dengan ridha, dan jika kamu tidak ada di sisinya dia menjaga kehormatan diri dan harta suami” [Sunan Ibnu Majah]
Termasuk sifat-sifat mulia mar’atush shalihah, yang dengan keshalihannya akan mendapat jaminan surga, adalah sosok seorang isteri yang penyayang, peranak (banyak melahirkan generasi shalih-shalihah) mengalah kepada suami demi mewujudkan keharmonisan rumah tangga. Inilah sebuah riwayat yang berkenaan dengan sifat mar’atush shalihah yang dijamin masuk surga. Nabi SAW bersabda: “isteri-isteri kalian para calon penghuni surga, yaitu wanita yang penyayang, banyak keturunan, suka mengalah demi mencari keridhoan suaminya, apabila suaminya marah maka dia bersegera menghampiri suaminya lalu meletakkan tangannya di atas tangan suaminya seraya berkata, “aku belum merasa nyaman hingga engkau meridhoi” [Riwayat Annasa’i]
Termasuk criteria isteri shalihah adalah isteri yang mendukung tegaknya agama dan dunia bagi sang suami. Hal ini dapat dilakukan isteri dengan selalu memotivasi suami agar semangat berkarya, baik urusan dunia atau agama. Dalam kitab Al-Masyakil Az-Zaujiyah wa Hululuha, terdapat kisah teladan seorang isteri dalam memotivasi suami agar selalu semangat dalam menegakkan kewajiban dunia dan agama.
Inilah sepenggal kisah teladan tersebut. “Apabila suamiku pergi mencari kayu bakar aku merasakan betapa beratnya ia mencari nafkah. Aku merasakan betapa ia harus dipegunungan. Untuk itulah setiap ia pulang, aku selalu menyediakan air dingin yang langsung diminumnya begitu ia pulang. Aku menyusun dan mengatur rumah serapi mungkin. Aku menyediakan makan untuknya. Aku memakai pakaian terbaik yang aku memiliki untuk menyambut kedatangannya. Saat masuk rumah, aku menciumnya penuh kerinduan. Aku serahkan jiwa ragaku untuknya. Aku menyiapkan jika ia ingin beristirahat dan aku selalu berada di dekatnya, sehingga setiap saat jika ia menginginkanku aku ada di sampingnya”.

2.   Anak yang berbakti
Anak yang berbakti di dalam Al-Qur’an diistilahkan dengan qurrata a’yun, yakni anak yang menyejukkan pandangan. Berkenaan dengan itu, dalam masyarakat Jawa, juga dikenal adanya istilah anak kang mikul dhuwur mendhem jero. Hal ini semua mengindikasikan adanya anak yang berbakti menjadi faktor pendukung kebahagiaan keluarga.
Inilah sepenggal doa yang Allah ajarkan agar orang tua senantiasa mohon diberi anak yang qurrata a’yun, “Robbana hablana min azwajina, wa dzurriyatina, qurrota a’yun, waj ‘alna lil muttaqiina imaama” artinya “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa [Al-Furqon: 74].
3 dosa yang langsung kontan dibalas di dunia.

3.   Kawan yang shalih
Hakikat keshalihan seorang kawan, setidak-tidaknya dibuktikan dengan dua hal sebagaimana dijelaskan pada pernyataan berikut ini, “Ketahuilah, Sesungguhnya kawanmu adalah orang yang berlaku lurus (jujur) kepadamu, ia juga yang mengingatkanmu kepada Tuhanmu” (Dairatul Ma’arif Al Usrah Al-Muslimah: 33/650)
Keshalihan seorang kawan ditandai dengan saling member nasihat dan tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa. Kawan-kawan yang shalih adalah juga kawan yang setia di saat suka dan duka, yang dengannya memuluskan jalan menuju keluarga samara. Kita diutamakan memilih kawan yang shalih dan taqwa sebagaimana dijelaskan pada hadits berikut, “Janganlah utamakan perkawanan kecuali dengan orang beriman dan janganlah memakan makananmu kecuali orang bertaqwa” (Sunan Abi Daud)
4.   Rizki di negeri sendiri
Termasuk faktor penunjang keluarga bahagia sejahtera adlaah rejeki yang lancar. Istilah “Uang bukan segala-galanya, namun segala-galanya butuh uang”. Selorohan tersebut, selaras dengan yang dikatakan Sofyan Ats Tsauri, seorang ulama salaf, bahwa uang adalah senjata. Beliau berkata:

Dari Abdullah bin Musa, dia berkata, aku mendengar Sofyan Ats Tsauri berkata, “harta di zaman kini adalah senjata pamungkas” (Al hatsu alattijarah wa shina’ah: 1/21)

Mengingat pentingnya rejeki dan kaitannya dengan kebenaran iman serta kemudahan masuk surga, selayaknya setiap muslim berusaha untuk kerja cerdas, kerja keras, kerja tuntas, dan kerja ikhlas serta melakukan berbagai upaya untuk membuka pintu rizki melimpah penuh Baiti Jannati.

Selain 4 faktor pendukung baiti jannati di atas, ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya, yakni faktor suami yang shalih. Ibarat sebuah kendaraan, suami adalah sopir, keselamatan perjalanan lebih terletak pada sopir bukan penumpang.

Sabda Rosululloh :
Sebaik-baik suami adalah yang paling baik sikapnya kepada isterinya (keluarganya) dan akulah orang yang paling baik terhadap keluargaku” (HR. Al-Baihaqi).

Demikian Kajian Fiqih Parenting yang singkat, Insya Allah akan dilanjutkan pembahasan berikutnya secara berurutan.

Sabtu, 09 Februari 2013

Tutorial Zoomin Zoomout pada Peta ....

Berikut adalah tutorial memberikan perintah zoomin dan zoomout pada peta menggunakan mouse wheel (red: bagian tengah mouse yang bisa di putar). Selamat mencoba dan mengembangkannya.

Jika halaman terlihat terlalu kecil, klik di sini untuk melihat Lebih Besar!
Sumber Bacaan di tutorialonlineku.blogspot.com