Sabtu, 18 Januari 2014

ORANG YANG KUAT

Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata: Rasulullah SAW bersabda,"Orang kuat bukanlah yang kuat dalam bergulat, namun orang yang mampu menguasai dirinya tatkala Marah.
(HR. Muttafaq 'Alaih)

Hal-Hal Penting dari Hadits:
(1). Hadits ini menunjukkan bahwa kekuatan hakiki itu bukanlah terletak pada kekuatan otot dan kekuatan badan. Namun kekuatan hakiki itu berupa kekuatan maknawi.

Jadi bukanlah seorang yang kuat itu adalah orang yang selalu menang dalam setiap pertarungan. Tetapi seorang yang mampu untuk menahan dan mengalahkan hawa nafsunya tatkala kemarahannya telah memuncak hingga ia tidak terjerumus kepada hal-hal yang diharamkan, baik berupa perbuatan zhalim, perkataan2 yang diharamkan, seperti mencela, melaknat atau menuduh seorang berbuat zina dan lain-lain.

(2). Marah itu adalah sebuah tekanan yang berada di dalam diri seorang manusia. Maka jika tekanan tsb mendapat rangsangan, ia akan keluar dengan wujud keinginan untuk menyakiti dan menguasai.
Maka seorang yang kuat yaitu orang yang senantiasa dapat berjuang mengatasi rangsangan tsb hingga pupuslah keinginannya untuk menyakiti dan menguasai saudaranya.

(3). Adapun pengertian dari hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari (6116) dari hadits Abu Hurairah,
"Bahwa seorang laki-laki pernah berkata kepada Nabi SAW, 'wahai Rasulullah SAW berilah wasiat kepadaku!', maka beliau bersabda,"Janganlah engkau marah,"

Pengertiannya ada dua macam, yaitu:

Pertama, Rasulullah SAW berwasiat kepadanya agar mengerjakan beberapa hal yang dapat menjadi sebab baginya untuk berakhlak baik, seperti: memaafkan, tidak tergesa-gesa, malu, tidak menyakiti seorang, berlaku lemah lembut, berdamai, menahan amarah dan sebagainya. Karena sesungguhnya jiwa itu, jika telah dihiasi dengan akhlak-akhlak yang baik, maka hal itu akan menyebabkan mampunya seseorang untuk mengendalikan kemarahannya tatkala timbul sebab-sebabnya.

Kedua, Rasulullah SAW mewasiatkan agar seseorang tidak memperturutkan nafsu amarah itu, tetapi hendaknya ia berupaya untuk dapat menguasainya. Karena kemarahan itu apabila telah berhasil menguasai manusia, maka ia mengendalikan manusia; ia yang akan memerintah dan mencegah, karena itu Allah Ta'ala berfirman,"Dan tatkala amarah musa telah reda." (Qs. Al A'raaf[7]: 154).

(4). Adapun keutamaan untuk bersikap lemah lembut, maka hal itu telah disebutkan dalam beberapa ayat maupun hadits Rasulullah SAW, diantaranya: Firman Allah Ta'ala "Dan orang-orang yang menahan amarahnya."(Qs. Al Imran[3]: 134). Juga firman-Nya,"Dan apabila mereka marah mereka memberi maaf."(Qs. Asy-Syura[42]: 37).
Dan diriwayatkan oleh Abu Daud (4777) dan Tirmidzi (2021) yang mana beliau menilainya hasan dari hadits hadits Mua'dz bin anas dari Rasulullah SAW, beliau bersabda,
"Barangsiapa yang menahan amarahnya sedang ia mampu untuk meluapkannya, maka Allah akan memanggilnya di kumpulan makhluk dan Allah akan memberinya keluasan untuk memilih bidadari yang ia senangi."